Sabtu, 06 Februari 2016

MUSCAB PAGAR NUSA LAMPUNG SELATAN



Kalianda:  Lembaga Pencak Silat Nahdlatu Ulama (L-PSNU) atau sering dikenal PC Pagar Nusa Lampung Selatan menggelar Musyawarah Cabang yang pertama di Lampung Selatan setelah kurang lebih 16 tahun PC Pagar Nusa ada di Lampung Selatan di Gedung Serb Guna (GSG) Kalianda Lampung Selatan, Sabtu (06/02) siang. Kegiatan ini juga sekaligus penggemblengan dan pengisian tenaga dalam oleh Dewan Pembina PB Pagar Nusa, Cak Muwafieq, yang berasal dari Yogyakarta pada malam harinya. PC Pagar Nusa Dalam MUSCAB I ini mengusung tema "Kita Tingkatkan Ukhuwan dan Semangat Bela Bangsa".

MUSCAB I PC Pagar Nusa dibuka langsung oleh ketua PCNU Lampung Selatan, H. Nur Mahfudz. Dewan Pembina dan Dewan Deklator PC Pagar Nusa tahun 2000 turut hadir pula, diantaranya Kiai Syaefudin, Ustadz Ali Darman, Ustadz Suryadi, dan Ikhwan Badarudin. Selain itu MUSCAB PC Pagar Nusa juga dihadiri para Ikhwan dari berbagai Kecamatan dan Sekolah NU yang ada di Lampung Selatan. seperti Kecamatan Candipuro, Rajabasa, Kalianda, Palas, Natar, Way Sulan, dan Merbau Mataram. Kepengurusan definitif PC Pagar Nusa dalam kegiatan ini mengundang PMII Cabang Lampung Selatan, PC IPNU dan Banom maupun Lajnah NU yang lain.

H. Nur Mahfudz dalam sambutan mengajak para Ikhwan untuk selalu mengamalkan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah dan memberikan mandat kepada kepengurusan yang terpilih nantinya untuk selalu koordinasi dengan Pemerintah, dalam hal ini POLRI dan TNI, untuk mengadakan latihan gabungan dan indoktrinasi ideologi Pancasila agar tidak terjerembab dalam ideologi tran-nasional seperti ISIS atau ideologi baru seperti GAFATAR. Selain koordinasi dengan Pemerintah, koordinasi pula dengan Banom NU yang lain seperti BANSER dan ANSOR, IPNU, PMII serta terutama para Kiai sepuh dan Pesantren maupun Lembaga Pendidikan yang dimiliki NU. "Selama ini para Pengurus telah melakukan koordinasi dengan para sesepuh dan Pesantren meski kurang maksimal. (koordinasi) sudah baik. Tapi semoga setelah MUSCAB para pengurus lebih rajin melakukan koordinasi," Tegas H. Nur Mahfudz, "Kepegurusan PC Pagar Nusa selama ini antara ada dan tiada. mungkin ini satu-satunya yang namanya MUSCAB PC Pagar Nusa yang ada di Lampung Selatan. Tidak ada masyarakat yang teratur tanpa adanya organisasi, Tidak ada Organisasi yang kuat tanpa adannya pemimpin yang baik, tidak ada pemimpin yang baik tanpa diikuti oleh umat." Tambah H. Nur Mahfudz

Ustadz Ali Darman salam sambutannya memberikan wejangan kepada Ikhwan Pagar Nusa untuk selalu semangat berjuang demi kebenaran, "Jangan takut hadapi kebenaran, hadapi kebenaran dengan rasa penuh tanggung jawab," Kata Ustadz Ali Darman, "Pagar Nusa di Lampung Selatan telah ada dan dideklarasikan pada tahun 2000 dan Alhamdulillah Pagar Nusa tidak pernah membuat repot aparat dengan masalah." Pungkas Ustadz Ali Darman. 

Setelah acara MUSCAB I PC Pagar Nusa dibuka secara resmi oleh Ketua PCNU Lampung Selatan, MUSCAB pun segera dilaksanakan dengan membentuk Tim Formatur yang terdiri dari Ketua PCNU Lampung Selatan, H. Nur Mahfudz dan Dewan Pembina Pagar Nusa Lampung Selatan yang terdiri dari 5 orang. Dalam pertemuan kecil Tim Formatur memutuskan serta menetapkan Ketua Umum PC Pagar Nusa Lampung Selatan Ikhwan Zaenal Mustofa dan Sekretaris Ikhwan Atieq Assidiqie. Tim Formatur pun mengamanatkan untuk segera membentuk dan melengkapi kepengurusan PC Pagar Nusa Lampung Selatan dengan batas waktu 1 (satu) minggu, kemudian disahkan dan disaksikan oleh Tim Formatur yang telah terbentuk.

Ketua dan Sekretaris terpilih pun didaulat oleh para Ikhwan dan Tim Formatur untuk memberikan sambutan. Pengurus terpilih dengan banyak terima kasih dan rasa berat hati pun meminta ridho dan bimbingan dari Dewan Pembina dan sesepuh untuk selalu mengarahkan Kepengurusan yang baru agar dapat lebih baik, “Setelah terpilih, yang kami lakukan adalah meminta tolong kepada Sesepuh untuk dukungan dan bimbingannya untuk berjuang membesarkan Pagar Nusa.” Kata Ikhwan Atieq Assidiqie dalam sambutannya. Acara pun dilanjutkan dengan sungkem pengurus kepada Dewan Pembina dan foto bersama para Ikhwan, Pengurus terpilih dan Dewan Pembina.

Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan tausyiyah dan pengisian tenaga dalam (kanuragan-red) oleh Cak Muwafieq yang meski setelah perjalanan jauh dari mengisi acara di Kota Metro. Cak Muwafieq merupakan Dewan Pembina PB Pagar Nusa yang tinggal di Yogyakarta. Acara malam selain dihadiri oleh Ikhwan Pagar Nusa juga dihadiri oleh BANSER, Ansor, dan masyarakat NU. (ltnnu-lamsel/2016)

SEJARAH SINGKAT PAGAR NUSA












Indonesia dan Pencak Silat adalah dua entitas yang tak bisa dilepaskan. Karena Pencak Silat, juga, adalah unique-entity dari Indonesia, hasil kebudayaan asli Indonesia. Pencak Silat di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dan aliran yang tak terhitung jumlahnya. Pencak Silat bisa diandaikan sebagai pedang untuk menyerang dan/atau tameng untuk bertahan. Tetapi di Indonesia Pencak Silat bukan mutlak sebuah alat untuk membela diri, pencak silat di negara ini adalah seni. maka masyarakat Indonesia lebih sering dan familiar menyebut pencak silat sebagai seni bela diri. Karena alasan pencak silat adalah tarian dan hasil dari olah karsa dan rasa manusia Indonesia. dengan demikian bahwa pencak silat di Indonesia adalah karya seni dan alat bagi kebugaran tubuh.

NU dengan pencak silat tidak bisa terlepaskan dan sudah berhubungan cukup lama, sama halnya tidak bisa terlepaskan antara pencak silat dengan manusia Indonesia. NU yang berkembang dari ulama tradisional yang memiliki pesantren, dahulu kala saat masa perjuangan, pesantren tidak bisa dikatakan hanya sebagai lembaga pendidikan agama Islam tetapi juga sebagai padepokan pencak silat. karena Pesantren sudah sejak dulu merupakan tempat para muslim Indonesia untuk menimba berbagai ilmu, baik itu ilmu agama, ilmu pengetahuan umum seperti pertanian, ilmu eksak, seni, dan tidak ketinggalan pula ilmu kanuragan serta pencak silat. Sejarah tentang ulama dan pencak silat serta ilmu kanuragan pernah dicatat oleh peneliti dari belanda Martin Van bruinessen (Van Bruinessen: 2012), bahwa Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat saling berhubungan.

Kelembagaan Pencak Silat dalam NU baru terlaksana pada tahun 1989 yang diprakarsai salah satunya oleh Agus Maksum Jauhari dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah melalui berbagai macam proses dipilih lah nama Pagar Nusa untuk mewadahi seluruh jenis dan aliran pencak silat yang dimiliki oleh jamaah Nahdlatul Ulama, terutama Pesantren. Pada tahun tersebut beliau Agus Maksum Jauhari didaulat untuk menjadi ketua umum Pagar Nusa yang pertama. 

        Pagar Nusa memayungi berbagai macam aliran pencak silat tetapi tetap memberikan kebebasan kepada Guru aliran untuk mempertahankan ciri khasnya masing-masing dengan tetap menjadi satu saudara dibawah payung Pagar Nusa. Aliran pencak silat yang masuk dalam Pagar Nusa banyak sekali, seperti aliran Jawa Barat (Cimande, Cikalong atau Cikampek), silat Betawi, silek Minang, silat Mandar dan masih banyak yang lainnya. Maka saat ini kita tidak asing bila mendengar berbagai macam nama Pagar Nusa, seperti Pagar Nusa Gasmi, Pagar Nusa Batara Perkasa, Pagar Nusa Satria Perkasa Sejati (SAPERTI), Pagar Nusa Nurul Huda Pertahanan Kalimah Syahadat (NH Perkasa), Pagar Nusa Cimande Kombinasi, Pagar Nusa Sakerah, Pagar Nusa Tegal Istigfar, Pagar Nusa Bintang Sembilan, Pagar Nusa Sapu Jagad dan masih banyak lagi.

1. Gus Maksum dan berdirinya GASMI

Sejarah Pagar Nusa tidak bisa dilepaskan dari peran Gus Maksum dan GASMI (Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia) yang secara resmi disahkan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 11 Januari 1966. pembentukan GASMI oleh Gus Maksum merupakan reaksi atas berkembangnya konflik antara kaum muslim dan golongan komunis, yang kemudian mendorong beliau untuk melakukan pelatihan-pelatihan pencak silat kepada santri Lirboyo maupun santri di wilayah Kediri dan sekitarnya. Kegitan ini dilakukan dengan harapan bisa membekali masyarakat terhadap ancaman teror PKI yang brutal pada saat itu. Secara tidak langsung GASMI berdiri sebagai tandingan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sama seperti halnya LESBUMI NU yang dibentuk oleh Budayawan NU di Jakarta. Gus Maksum menganggap hal tersebut penting karena LEKRA adalah otak dibalik aksi provokasi, sabotase dan teror, maka perlu bagi beliau untuk mengajarkan para santri untuk menegakkan amar ma'ruf Nahi Munkar dengan cara memberikan pelajaran pencak silat.

Bentuk-bentuk perjuangan GASMI pada periode awal diantaranya adalah dakwah menguasai masjid-masjid dengan pengajian yang didalamnya diadakan pula latihan pencak silat, mengadakan event "Open Bar" atau yang saat ini lebih kita kenal dengan "Pencak Dor" yang diadakan setiap akhirussanah di Pondok Pesantren Lirboyo, maupun penanganan secara langsung terhadap 'aksi sepihak; yang dilakukan oleh komunis terhadap masyarakat sipil. Pencak Dor yaitu sebuah panggung terbuka setinggi 2 (dua) meter untuk pertandingan bela diri yang melibatkan berbagai kalangan untuk bertarung secara 'jantan dan ksatria'. Setelah situasi keamanan kondusif pada tanggal 14 Januari 1970 GASMI secara resmi didaftarkan pada Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

Berawal dari kelahiran GASMI, Gus Maksum kemudian terinspirasi untuk menyatukan berbagai macam alian silat yang ada di NU secara lebih luas lagi. Gus Maksum memulai dengan merangkul perguruan silat tradisional lokal eks-Karasidenan Kediri seperti Jiwa Suci milik Pesantren Al-Ma'ruf Bandar Lor kediri, PORSIGAL (Perguruan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat) dari Blitar, Asta Dahana, dan beberapa perguruan lokal lainnya.

2. gagasan PAGAR NUSA 

pada suatu pertemuan KH. Mustofa Bisri Rembang menceritakan kepada Prof. DR. KH. Suharbillah Surabaya tentang surut dan redupnya dunia persilatan di halaman Pesantren, dikarenakan hilangnya peran Pesantren sebagai padepokan pencak silat. Hal ini disebabkan karena semakin padatnya jadwal pendidikan Pesantren yang mulai berorientasi pada penerapan standar pendidikan modern. 

Sementara di luar Pesantren aneka ragam perguruan silat tumbuh semakin menjamur dengan misi pengembangan agama dan kepercayaan yang dilandasi pencak silat untuk menarik minat. Selain itu perguruan-perguruan saling merasa terkuat dan pada kemudian hari memunculkan permusuhan yang jatuh pada bentrokan serta tawuran. Atas keprihatinan tersebut, KH. Mustofa Bisri kemudian menyarankan KH. Suharbillah untuk menemui Gus Maksum Jauhari di Lirboyo untuk menanggulangi persolan tersebut. 

Kegelisahan serupa juga dirasakan oleh KH. Syansuri Badawi Tebu Ireng, yaitu dengan banyak tawuran antar perguruan silat. Akhirnya KH Syansuri pun mengungkapkan kegelisahan ini kepada Ketua PWNU Jawa Timur, KH Hasyim Latif, untuk menanggulanginya. KH. Hasyim Latif pun mengutus Sekretaris PWNU Jawa Timur, KH Ghofar Rahman, beserta KH Ahmad Buchori Susanto dan Prof. Dr. KH Suharbillah untuk menemui Gus Maksum Jauhari di Lirboyo. Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk membentuk sebuah wadah pencak silat yang memayungi seluruh aliran pencak silat dilingkungan Nahdlatul Ulama. Serta sekaligus mendaulat Gus Maksum sebagai ahlinya untuk menjadi Ketua Umum ketika wadah tersebut telah resmi terbentuk. 

Pada pertemuan selanjutnya di Pesantren Tebu Ireng pada 12 Muharam 1406 bertepatan tanggal 27 September 1985 digodok konsep wadah pencak silat NU. Dalam pertemuan tersebut dihadiri beberapa pendekar, diantaranya KH Abdullah Maksum Jauhari Lirboyo, KH Abdurrahman Usman Jombang, KH Muhajir Kediri, H. Athoillah Surabaya, Drs. Lamro Azhari Ponorogo, Timbul Jaya Lumajang, KH Ahmad Buchori Susanto dan Prof. Dr. KH Suharbillah dan beberapa pendekar lainnya dari Cirebon dan beberapa daerah lain. Pada pertemuan lanjutan ini menghasilkan kesepakatan antara lain: Fatwa KH Syansuri Badawi bahwa "Pencak silat hukumnya boleh dipelajari dengan syarat bertujuan perjuangan", dibentuknya suatu 'Ikatan Bersama' untuk mempersatukan berbagai aliran silat dibawah naungan NU.
       
       3. Berdirinya Pagar Nusa
                   mengacu pada Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat NU yang disahkan pada 10 Desember 1985 dan berlaku sampai dengan tanggal 15 Januari 986, maka diadakanlah pertemuan lanjutan di Pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 3 Januari 1986. Pertemuan itu dihadiri oleh Pendekar-pendekar dari Ponorogo, Jombang, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Lumajang, Cirebon dan Kalimantan. Pertemuan kesekian kali yang berada Pesantren Lirboyo ini menandai lahirnya Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Nama yang tersebut diciptakan oleh KH Mujib Ridlwan dari Surabaya, Kiai ini adalah putra pencipta lambang NU KH Ridlwan Abdullah. Pada pertemuan ini disusunlah kepengurusan awal sebelum adanya kepengurusan Nasional Pagar Nusa yang terdiri dari Kiai dan Pendekar Jawa Timur. 
      Ketua Umum               : KH Abdullah Maksum Jauhari
      Sekretaris                     : KH Drs Fuad Anwar
      Ketua Harian               : KH Drs Abdurrahman Ustman
      Ketua I                         : Prof. Dr. KH Suharbillah
      Sekretaris I                   : Drs.H. Kuncoro
       Sekretaris II                : Lamro Azhari
      
       4. Kepengurusan Nasional

                   Untuk Pembentukan Pengurus Pagar Nusa Nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan surat pengantar kesediaan untuk menunjuk sebagai pengurus Pagar Nusa. Surat Pengantar tersebut ditanda tangani Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Siddiq yang menjadi tanda tangan terakhir beliau.
       
            Pada tahun 1989, Musyawarah Nasional I terselenggara di Pesantren Zainul Hasan, Genggong Kraksaan, Probolinggo. MUNAS I Pagar Nusa dihadiri pendekar silat NU seluruh Nusantara. MUNAS I menetapkan dan mengangkat langsung KH Abdullah Maksum Jauhari sebagi Ketua Umum, Prof. Dr. KH Suharbillah sebagai Ketua Harian dan H Kuncoro sebagai Sekretaris Jenderal. (ltnnu.lamsel/2016)
      
       Sumber            :
       Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. Yogyakarta: Jalasutra. 2012          


Minggu, 17 Januari 2016

Bahtsu Masail: Kontekstualisasi Islam ASWAJA


Kalianda: Lembaga Bahtsu Masail Nahdlatul Ulama (LBM-NU) PCNU Lampung Selatan menggelar Bahtsu Masail di Masjid Dusun Cirebon, Cinta Mulya, Candipuro, Lampung Selatan, Minggu (17/01) pagi. kegiatan yang berlangsung dari pukul 09.00 itu dihadiri oleh perwakilan 17 Majelis Wakil Cabang se-Kabupaten Lampung Selatan, perwakilan Pondok Pesantren; yaitu kehadiran 7 Pesantren, dan jajaran Pengurus PCNU Lampung Selatan; terutama Tanfidziyah dan Syuriyah PCNU Lampung Selatan, serta Anggota DPRD Lampung Selatan dari Fraksi PKB; Romli dan Samingan.

Bahtsu Masail tersebut dibuka oleh Rois Syuriyah PCNU Lampung Selatan, Kiai Mundhori Muslim. sebelum membuka Kiai Mundhori Muslim memberikan motivasi kepada para hadirin dan jajaran Pengurus PCNU Lampung selatan untuk bersinergi antara jamaah dan pengurus, baik jajaran Pengurus Cabang, Majelis Cabang, Ranting dan Pondok Pesantren. Yaitu memajukan NU Lampung Selatan dengan cara menghidupkan kegiatan rutinan jamaah, seperti halnya kegiatan LBM-NU Lampung Selatan. "Seandainya NU Lampung Selatan Maju pengurus kena (bertanggung jawab), begitu juga ketika NU Lampung Selatan mandek pengurus pun kena." katanya.

Ketua PCNU Lampung Selatan, H. Nur Mahfudz, menyambut positif kegiatan LBM-NU Lampung Selatan. beliau berharap kegiatan LBM-NU ini bisa menjadi kegiatan rutin LBM-NU dalam setiap tiga atau dua bulan. "NU kalau tidak bahtsu masail, bisa dikata ke-NU-annya diragukan dan Ahlu Sunnah Wal Jama'ahnya kurang sempurna." pungkasnya beserta disambut tepuk tangan dan gelak tawa hadirin.

LBM-NU dalam musyawarah tersebut membahas tiga masail, namun sampai dengan pukul 16.00 musyawirin hanya mampu menyelesaikan satu as'ilah. "Saking semangat para musyawirin, tiga as'ilah yang diajukan oleh LBM tidak bisa terselesaikan semua, karena kesulitan permasalahan dan perdebatan yang alot." Pungkas Gus Sonhaji Bukhori sebagai penitia.

Rencana kegiatan rutin LBM-NU yang dimandatkan oleh Ketua Tanfidziyah dan Rois Syuriyah PCNU Lampung Selatan disambut baik oleh Pengurus LBM-NU Lampung Selatan dan para hadirin. pada akhir musyawarah pun akhirnya Pengurus LBM-NU Beserta hadirin memutuskan untuk mengadakan Bahtsu Masail tiga bulan dari sekarang yang akan diadakan di Kecamatan Sidomulyo, yang kemudian kegiatan Bahtsu menjadi kegiatan rutin LBM-NU Lampung Selatan yang masuk juga kegiatan PCNU Lampung Selatan. (LTN-NU Lam-Sel)


Minggu, 18 Januari 2015

MUSKERCAB IPNU/IPPNU LAPUNG SELATAN 17 JANUARI 2015

Lampung Selatan, NU Online
Sedikitnya 200 pengurus IPNU-IPPNU Lampung Selatan mengadakan musyawarah kerja cabang di Lampung Selatan, Sabtu (17/1). Mereka yang terdiri atas pelajar SMA, MA, dan santri pesantren dari 17 kecamatan ini, berupaya membuat program kerja sesuai kebutuhan pelajar di Lampung Selatan.

Sebelum Muskercab, peserta mendapat pembekalan ke-NUan dan Aswaja dari para pengurus IPNU dan IPPNU Provinsi Lampung.

Ketua IPNU Lampung Aan Uly Rosyadi berpesan kepada pengurus yang terpilih untuk menghidupkan dan meningkatkan lagi kegiatan-kegiatan kepemudaan. "Kami bangga, selama ini IPNU dan IPPNU Lampung Selatan komunikasinya sangat baik dengan para pengurus wilayah," kata Aan.

Dalam Mukercab itu, Ketua terpilih IPNU Lampung Selatan Sobari mendorong pengurusnya untuk mengadakan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) sebagai tahap pengkaderan pertama kepengurusan.

Ketua PCNU Lampung Selatan H Nur Mahfud mengatakan, PCNU siap membimbing IPNU dan IPPNU. PCNU berjanji akan menjadikan pelajar NU sebagai prioritas perhatian. Karena, mereka adalah ujung tombak perjuangan NU di sekolah-sekolah untuk membentengi generasi muda dari paham-paham Islam radikal.

"Kami berharap, IPNU dan IPPNU bisa bekerja sama dan berkordinasi dengan pemerintah daerah, dinas pendidikan, Kemenag, BNN dan lain-lain," katanya. (M Munir/Alhafiz K)

LPPNU Lampung Selatan Peduli Petani Ikan Air Tawar

Lapung Selatan, 18 Januari 2015, Waktu,08.00-16.00


LP2-NU Lampung Selatan adakan Pembinaan Budidaya Ikan LELE dengan system Biofloc
LPP-NU Kab. Lampung Selatan adakan kegiatan Pelatihan dan Penyuluhan Buidaya ikan dalam rangka membantu meningkatkan Taraf Ekonomi Warga Nahdliyin Lampung Selatan Melalui Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Biofloc.
Acara tersebut dihadiri berkisar 200 orang dari pengurus MWCNU dan Pengurus ranting yang mayoritas pemilik kolam ikan,namun dalam budidayanya belum mencapai keberhasilan dan bahkan bisa dibilang selalu gagal. disisi lain Kab. Lampung Selatan adalah salah satu sentral pengahasil ikan air tawar.
Dalam acara pelatihan ini diisi oleh 3 Nara Sumber dengan 3 Materi, 1. Pembibitan Lele dari Dinas Perikanan  2. Manajemen Pakan dalam Budidaya Lele (IWAN PAIZAL, S. Pi., M. M.Penyuluh perikanan), 3. Penerapan system Biofloc pada budidayaikan lele (Matahari Sakti).
Ir.H.Sutono.MM selaku Pembina LPPNU Lam-sel mengharapkan bahwa peluang usaha budi daya ikan air tawar khusunya Lele ini bisa di kembangkan / laksanakan untuk meningkatkan perekonomiyan  warga NU/Nahdliyin, dan mungkin bisa diperluas ke budidaya belut dan ikan patin, bukan hanya itu beliau mengharapkan hasil budidaya ini bisa mencapai prodiksi besar sehingga bisa meng Exspor, atau mengelola menjadi bahan jadi seperti Abon Lele, Sale lele,Peyek lele, dan lain-lain sehingga bisa di pasarkan di supermarket seperti Alfa Mart/IndoMart dll.
Dalam acara tersebut H.Nur Mahfud (Ketua Tanfidziyah PCNU Lampung Selatan) mebuka kegiatan tersebut dengan bertawasul kepada para pendiri NU, dan menyampaikan Bahwa NU itu tidah hanya ngurusi pengajian, bahtsulmasail saja, tapi NU juga Punya Lembaga dibidang pertanian LPP-NU yang siap membantu permasalahan petani, danlembaga ini bukan hanya di lampung saja tapi sudah ada Dari Pusat PBNU sampai ke ranting-ranting , untuk itu PCNU Lampung selatan mengajak kepada warga NU menyatukan visi misi dalam membangun pertanian yang ada diLampung selatan, demi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Nahdliyin.
Terakhir Ketua LPPNU Slamet Novianto, mengajak peserta pelatihan untuk membuat kelompok pokdakan di masing-masing desa agar secepatnya setelah pelatihan agar ditindak lanjuti oleh masing penyuluh di kecamatan guna mendapat bimbingan.
M.Munir LTN-NU Lam-Sel

Senin, 15 Desember 2014

Kiai Gholib, Lampu Terang di "Bambu Seribu"

Keberadaan KH Gholib di daerah bambu seribu atau Pringsewu, Provinsi Lampung membawa "lampu yang terang". Begitu H. A Musa Achmad pada tahun 1973 menggambarkannya. Lampu adalah madrasah, penerang anak-anak dengan pendidikan agama Islam.
Berikut kisah KH Gholib dalam perjuangan di bidang agama, pendidikan dan sosial yang dituturkan Dr. Dra. Hj. Farida Ariyani, M.Pd, cucu KH Gholib, di Pringsewu, Jumat (14/11).

"Madrasah didirikan simbah kakung sederhana dan cukup untuk belajar 20 orang, terdiri atas tiga lokal berlantai tanah, berdinding geribik dan beratap genteng," ujar Farida.

Guru pertama di madrasah KH Gholib bernama H.M Nuh, berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Pada tahun 1942, di masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan KH Gholib tetap berjalan terus dan mengalami kemajuan sangat pesat.

Madrasah semakin maju ditandai dengan banyaknya santri dan juga hadirnya para guru madrasah baik dari Jawa maupun dari Lampung. Dengan keadan itu, ia mendirikan pesantren. Kondisi itu menarik minat belajar, mencapai ± 1.000 murid berasal dari Lampung, Palembang, Bengkulu dan Jambi.

Kompetensi yang dikembangkan di madrasah itu antara lain: bahasa Arab, nahwu, shorof, membaca Qur’an dengan fasih dan lagu yang merdu, memelihara waktu ibadah (tiba waktu sholat siswa dan guru harus sholat berjamaah di masjid).

"Lalu di malam Jumat dilakukan pembacaan Berzanji dan marhaban. Hal itu yang menjadi beberapa sebab madrasah dan Pondok Pesantren KH Gholib menjadi maju pada saat itu," papar Farida lagi.

Di madrasah itu, semua siswa belajar dengan gratis. Semua kebutuhan guru dijamin KH Gholib itu sendiri. Kekayaan KH Gholib juga disediakan untuk kemajuan madrasah dan pesantren.

“Kemudian jika guru dan keluarganya sakit, berobat di poliklinik tanpa biaya. Banyak pula tamu yang datang dan memohon doa barokah dari Allah melalui beliau, bahkan ada yang menginap sampai beberapa malam," tuturnya.

Berdirinya lembaga pendidikan Islam di Pringsewu juga berdampak positif, seperti tidak ada pencurian di sekitar desa Pringsewu.

KH Gholib juga disegani oleh masyarakat dan tidak memperbedakan antara golongan, serta sayang pada fakir-miskin dan yatim piatu serta bergaul dengan masyarakat sekitar.

KH Gholib lahir di Mojosantren, Sidoarjo, Jawa Timur, 1899. Ayahnya K Rohani bin K Nursihan telah meninggalkannya sejak dirinya masih kecil karena peperangan. Muksiti, ibunya, yang mengasuh Gholib hingga dewasa.

Di masa kecilnya, ujar Farida lagi, KH Gholib memperoleh pendidikan agama langsung dari orang tuanya dan dari bangku sekolah Madrasah Ibtidaiyah di desa kelahirannya. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Jumat, 05 Desember 2014

Musyawarah Pengurus Cabang LP2NU Lampung Selatan

Pada hari sabtu Tgl 05 Desember 2014 Waktu : 14.00 LPPNU lampung Selatan Gelar Musyawarah Pengurus cabang, dalam rangka menyusun Program Kerja, dalam acara tersebut di hadiri ketua Tanfidziyah PCNU Lampung Selata H.Nur Mahfud, beliau berpesan kepada jajaran pengurus LPPNU Lampung Selatan agar dapat bekerja sesuai dengan bidangnya masing – masing jangan sampai sudah susah payah dibentuk kepengurusan akhirnya hanya jalan ditempat, karna kalau di amati Lampung selatan wilayahnya sangat luas dan mayoritas petani, baik itu perkebunan, sawah, peternakan dan laia-lain, tentunya Punya banyak potensi yang harus dikembangkan. Dengan wadah LPPNU ini masyarakat bisa terbantu baik dalam pengolahanya, maupun pemasyaranya, yang benar-benar bisa bermafaat.
Dalam acara tersebut Pengurus LPPNU merumuskan Visinya “Menjaga Keberlanjutan kehidupan dan membangun kemaslahatan, Menuju masyarakat madani”.
Dengan rumusan visi tersebut tutur Ketua LPPNU Lampung Selatan Bpk Slamet Novianto,S.Pi. M.Si kiranya LPPNU bisa menjaga,melanjutkan dan membangun hasil-hasil pertanian masyarakat lampung selatan yang warganya mayoritas Nahdhiyyin, disamping hasil bumi pertanian dan peternakan, salah satu pengurus LPPNU Bpk Ustadz Khoiruddin sebagai kordinator Devisi Kehutanan dan tataruang sudah membudidayakan Lebah madu yang tentunya banyak manfaatnya, dan budidaya Lebah madu ini akan menjadi program unggulan LPPNU Lampung selatan.
Pesan terakhir Ketua LPPNU dalam musyawarah tersebut Kepada seluruh pengurus LPPNU Lampung Selatan Selamat bekerja mari membangun NU melauli pertanian, karena kita lahir dari petani, dari NU untuk NU.